Banner

Adzan subuh berkumandang, pertanda panggilan Sholat Subuh tiba dan seperti biasa sebelum adzan subuh tiba, Rama sudah bangun. Rama sudah terbiasa dengan subuhnya, ia selalu memasang alarm tepat pukul 4 subuh. Namun tidak dengan Ayah dan Ibunya, keduanya jam 3 subuh sudah terlebih dahulu bangun. Bukan karena akan melaksanakan untuk sahur puasa, kecuali di hari senin dan kamis, namun sudah kebiasaan mereka semenjak mengikuti sholat subuh berpindah-pindah yakni Sajadah Fajar di Kota Pontianak, Kalimantan Barat.
Pertama-tama dan awalnya sulit bagi Saya untuk berbagi cerita di blog ini, semua kisah di sini tercipta karena kejadian nyata tentunya lebih ke pengalaman pribadi atau pengalaman teman dan sahabat yang biasanya bercerita kepada Saya.

Kadang kala, jika malam tidak bisa tidur, Saya lebih banyak memikirkan hal-hal yang telah terjadi belakangan hari yang lalu dan mengimajinasikannya ke dalam pikiran saya seakan-akan bakal terjadi lagi di dalam mimpi Saya.
Pagi ini Rama bersiap-siap untuk kuliah pertamanya, setelah beberapa hari lalu kegiatan ospek dan pengenalan kampus selesai dijalaninya selama 2 hari. Ini pagi yang berbeda bagi Rama, kuliah pertama kali ini, tepat di bulan Ramadhan, bulan kelahiran Rama di kalender Hijriah.

Sebelumnya Rama sudah sempat melakukan tes untuk masuk ke perguruan negeri, namun tidak lulus. Mungkin Rama masih kurang beruntung dan sudah jalannya untuk ke perguruan lain, sehingga akhirnya ia masuk di perguruan negeri swasta di Kota Pontianak.

Panas mencekam di sini, baru saja hari pertama puasa, namun semangat Rama untuk menjalani puasa di hari pertama tetap membara dan seakan tidak mau kalah dengan sang mentari yang begitu menyengat, ia juga lebih panas dari siapapun.

Ya, hari pertama puasa ia mengalami demam, panasnya dari malam tadi belum turun juga, tapi ia tetap menjalani puasanya di hari pertama. Padahal ayah dan ibunya sudah mengingatkannya untuk tidak puasa dulu di hari pertama ini, namun Rama tetap saja bersikeras untuk tetap berpuasa.