Banner
Tugas Buat Sakit dan Kecewa
Muhammad Irhamna | Saturday, June 4, 2011 | Label: CerPen, Geun dan Rama, Rama Story
Teriknya matahari menerpa wajah Rama yang dari tadi sudah basah dengan keringatnya. Sembari berjalan pulang menuju rumah dari sebuah warung, Rama bergegas masuk ke rumah dan meneguk segelas air putih. Tanpa sepatah katapun, ia tidak ada mengucapkan apapun kepada Ayah dan Ibunya yang sedang menonto TV dan hanya berlalu naik ke atas menuju kamarnya.
Baru saja ia berbaring di kamarnya, terdengar bunyi ponselnya yang menandakan ada pesan singkat yang masuk. Pesan tersebut ternyata berasal dari Geun.
“Ass. Geun, sdh pasti kan kerja klmpk malam ni kan, klu sore kami semua gx bsa krna kami main futsal.Bls”
Semenjak hari kemarin tepatnya Sabtu, Rama sudah membicarakan akan melanjutkan untuk mengerjakan tugas kelompoknya itu hari Senin. Hingga pagi Senin di kampus, Rama sudah membicarakan masalah tersebut, namun rencana yang seharusnya pulang kuliah untuk mengerjakan tugas berupa makalah tertunda karena rekan-rekan sekelasnya akan bermain futsal termasuk anggota kelompoknya tersebut.
Dirinya sendiri tidak ikut main futsal, ya tentu saja ia cenderung lebih senang menonton ketimbang bermain. Maklum saja ia tak punya bakal bermain bola, apalagi waktu SD pernah cedera gara-gara bermain bola dan akhirnya Rama tidak pernah bermain lagi. Olahraga yang Rama senangi ialah Badminton, semenjak kecil sering sekali Rama dengan teman-teman di sekitar rumahnya bermain Badminton. Setiap hari Minggu pagi Rama dan teman-temannya bermain di lapangan dekat rumahnya, tapi sekarang tidak pernah lagi karena lapangan tersebut sudah berubah menjadi rumah.
“Waalaikumsalam... Iy, jadi malam, ditunggu kedatangannya ya...” balas Rama untuk pesan singkat dari Geun.
Rama benar-benar khawatir hari itu, apakah nanti malam teman-temannya akan datang atau tidak. Ia sudah berpengalaman ketika beberapa kali ada tugas kelompok seperti ini dan berkumpul di rumahnya untuk mengerjakan tugas itu. Banyak sekali yang membuatnya kecewa, pertama sering telat dari jadwal kumpul yang ditetapkan bersama-sama, misalnya saja mereka sudah menetapkan berkumpul jam 10 pagi, tapi ternyata jam 11 baru berdatangan, bahkan yang paling parah si Geun dan satu temannya lagi bernama Rendra yang sering telat datang hingga 2 jam lebih. Bayangkan saja Rama benar-benar merasa kecewa. Masih mending kalau Cuma 1 atau 2 kali, tapi kalau terus-terusan, bagaimana ?
Siang itu pun Rama kembali berpikir untuk tugas kelompoknya yang akan dikumpulkan esok hari. Namun siang itu ceritanya si Rama ingin mengerjakannya sedikit agar malam nanti dengan temannya bisa cepat selesai. Namun rasa kantuk dan malas mulai menghampiri dan Rama pun akhirnya tertidur di ranjang empuknya itu.
Malam, selepas magrib. Rama bergegas menyiapkan semua yang dibutuhkan seperti biasa untuk kegiatan tugas kelompoknya malam itu. Mulai dari laptopnya, koneksi internet sampai terminal dan hal lainnya. Oh ya, perlu diketahui bahwa malam itu janji mereka untuk berkumpul selepas magrib, paling tidak setengah tujuh sudah mulai ada yang datang. Tapi, seperti yang dikhawatirkan Rama satupun temannya belum ada yang datang.
“Tttiiiiitttt,Ttttttiiiitt!!” ponsel Rama bergetar dan masuk sebuah pesan singkat dari temannya, Arlan.
“Ram, ak dtng telat. Abis isya ak bru meluncr ke rmhmu ya. Trims” isi pesan singkat dari Arlan
“Iy, gpp lan, yg ptng ente dtng. Ane tgu y...” Balas Rama.
Satu orang sudah mengabarkan akan datang tapi telat.Lalu yang lain bagaimana? Ya sudah tentu akan sama telat dan Rama pun mulai mengirim pesan singkat ke semua temannya. Kelompoknya beranggota 5, artinya tinggal 3 lagi yang belum memberi kabar. Pertama Dhika, ia membalas pesan kalau ia tidak bisa datang karena masih sakit dan dari pagi pun Dhika memang tidak ada masuk kuliah. Kedua, Rendra juga membalas kalau ia baru saja sampai di rumah setelah main futsal dan akan segera ke rumah Rama setelah mandi dan makan. Terakhir Geun, sama sekali belum ada membalas pesan singkat dari Rama.
Pikiran Rama kalau sudah berhubungan dengan Geun jika tidak balas pesannya ialah, pertama tidak ada pulsa, ini masih positif dan negatif pikirannya adalah berpikir kalau Geun tertidur dan ini lah yang jadi sulit dihubungi, sampai ditelpon juga tidak diangkat.
Berhubung waktu sudah masuk Isya, Rama bergegas untuk sholat dulu dan baru kembali menunggu teman-temannya itu.
Hampir pukul setengah delapan malam, Arlan pun akhirnya datang dan tak lama kemudian pun Rendra juga datang. Rama bersama kedua temannya pun malam itu sedikit memulai perbincangan tentang permainan futsal mereka tadi sore sembari mengerjakan tugas mereka yang deadlinenya besok.
Pukul 19.30, Geun belum datang juga, Rendra dan Arlan mencoba mengirim pesan singkat dan menelpon, namun sama sekali tidak ada balasan ataupun diangkat telponnya.
“Ya sudah, kita bertiga aja malam ini. Geun enggak usah dihubungi lagi, biarakan aja.” Ungkap Rama yang mulai kesal.
“Yoi, serah lo aja Ram, kita lanjut aja neh tugas, biar cepat kelar dan enggak kemalaman.” Timpal Rendra.
“Udahlah Ram, taulah si Geun, sering seperti ini. Biarkan saja.” Sahut Arlan.
Malam itu mereka bertiga mengerjakan dengan sungguh-sungguh, kendatipun masih enggak fokus sama tugas utama. Karena tugas tersebut namapknya sudah kelar dan tinggal finishing aja, jadi mereka berdua menyerahkan urusan ini kepada Rama. Ya tentu saja, urusan ini memang Rama jagonya.
Waktu sudah menunjukkan hampir 11 malam, Rendra dan Arlan pamit pulang. Rama pun mengantarkan mereka pulang dan tentu saja mengemaskan barang-barang yang agak berantakan saat mereka bertiga kerja kelompok.
“Ma! Buatkan kopi ya, Rama masih belum selesai nih ngerjain tugasnya, jadi dan mungkin mau menyelesaikannya dulu.” Ungkap Rama pada Ibunya.
Ibunya pun membuatkan secangkir kopi dan Rama meminumnya beberapa teguk sembari masih mengerjakan tugas di depan laptopnya. Hingga tengah malam, tiba-tiba lampu padam dan ini sungguh kondisi yang tidak diinginkan Rama.
“Hah!! Kenapa harus mati lampu segala” pikir Rama.
Baterai laptop Rama yang sudah tidak tahan digunakan berjam-jam, kini mulai sekarat dan ia memutuskan untuk melanjutkan lepas sholat subuh saja. Akhirnya Rama mematikan laptopnya dan tidur dengan rasa lelah yang terasa sangat-sangat lelah.
Alarm ponsel Rama yang sudah disetting untuk membangunkannya tiap hari jam 4 berbunyi. Dengan rasa lelah dan kantuk yang kuat, Rama mengambil ponsel dan mematikan alarmnya. Dengan berat ia bangun dan mulai merasakan hal yang tidak biasanya. Matanya berkunang-kunang, kepalanya berat, pusing bukan main dan nampaknya ia merasakan sakit yang sangat tak tertahankan. Rama mencoba untuk duduk sejenak tapi sama sekali tidak bisa. Ia kembali berbaring dan memandang langit-langit kamarnya yang berputar.
Ibunya pun tiba-tiba datang dan mengingatkannya untuk sholat. Rama hanya menyahut dan berkata Iya saja kepada ibunya.
“Rama, jangan lupa sholat ya!! Oiy, mama dan bapak pergi dulu ya ke masjid. Tolong juga lihatkan bak air, kalau sudah penuh tolong matikan mesin air ya.” Pesan Ibu Rama.
“Baiklah mama, nanti Rama lakukan” Teriak Rama dari dalam Kamarnya.
Sudah pukul 5 lewat, Rama tersadar bahwa ia tadi tertidur lagi dan bergegas untuk menuju ke bawah melihat bak mandi dan mematikan mesin.
Nampaknya Rama masih merasakan pusing yang hebat. Dengan sempoyongan, ia berjalan menuruni anak tangga dengan pelan. Sampai di bawah, tanpa pikir lagi untuk melihat bak air, ia memilih untuk mematikan mesin air. Karena pusingnya makin bertambah, Rama tak kuasa untuk mengambil air wudhu dan ingin segera kembali ke kamarnya.
Namun apa daya, belum sampai menuju anak tangga, pandangan Rama mulai gelap. Ia berusaha untuk bisa menggapai pegangan pada anak tangga, namun makin lama pandangan menggelap dan ia akhirnya terjatuh di lantai dan pingsan.
Bersambung....
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
4 komentar:
ditunggu kelanjutannya gan .... :)
@My Diery:
Jangan hanya ditunggu tapi dibaca bro!!
ditunggu juga komentarnya klu sudah baca :] :] :] :]
Waduh, curhatan seorang mahasiswa nih. Hehehe... Selalu semangat bro...
@Blogger Borneo:
Jiaah...
malah dibilang curhat, bukan nih bg...
ni kan cerpen,,, :D
Post a Comment